Oleh : Khairunnisa (Mahasiswi Universitas Islam Negeri Sumatera Utara) dan M.Zaki Aslam (Mahasiswa STAI As – Sunnah)
Mahasiswa bahasa Arab merupakan mahasiswa yang sangat menjunjung tinggi rasa kekeluargaan dan rasa solidaritas. Hal ini terbukti dari terbentuknya ITHLA (Persatuan Mahasiswa Bahasa Arab seluruh Indonesia). ITHLA merupakan organisasi mahasiswa bahasa Arab di seluruh Indonesia yang terbagi menjadi enam wilayah. Wilayah Sumatera merupakan wilayah satu dari ITHLA atau disebut dengan Dewan Pimpinan Wilayah I ITHLA Sumatera (DPW I ITHLA Sumatera).
Didalam DPW I ITHLA Sumatera telah bergabung 40 HMJ/HMPS/HIMA baik dari jurusan pendidikan bahasa Arab, sastra Arab, tarjamah dan lain sebagainya. Untuk mempertahankan dan semakin memperkuat rasa ukhuwah antar mahasiswa bahasa Arab maka DPW I ITHLA Sumatera mengadakan kegiatan yang bernamakan SIMBA (Silaturahmi Mahasiswa Bahasa Arab) se-Sumatera yang dilaksanakan setiap satu tahun sekali. SIMBA merupakan wadah silaturahmi bagi HMJ/HMPS/HIMA khusus untuk wilayah Sumatera yang tersebar di sepuluh wilayah, diantaranya yaitu : Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Lampung, Kepulauan Riau, dan Jambi.
Kegiatan SIMBA sudah terlaksana sebanyak sembilan kali. Pemilihan tuan rumah SIMBA ditetapkan dari hasil musyawarah pengurus DPW I ITHLA Sumatera dan ketua HMJ/HMPS/HIMA dan hal itu didasari atas kesepakatan bersama serta hasil musyawarah anggota. Adapun bentuk kegiatan SIMBA yaitu Seminar internasional, Perlombaan, Sharing sessions, Kaderisasi pengurus DPW I, Pentas Seni dan Rihlah.
SIMBA ke – IX ini telah sukses dilaksanakan pada tanggal 21-23 Februari 2022 telah sukses dilaksanakan . Mengingat SIMBA ke – VIII dilaksanakan secara online akibat dari adanya Covid-19 maka pada SIMBA ke – IX ini para pengurus dan panitia sepakat melaksanakan kegiatan ini secara offline dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Adapun yang menjadi tuan rumah dalam kegiatan ini adalah provinsi Riau , yaitu kerja sama antara Universitas Sultan Syarif Kasim Riau dan Universitas Islam Riau dengan tema “Satukan Langkah Guna Memperkuat Ukhuwah, Tingkatkan Kreativitas dan Produktivitas Mahasiswa Bahasa Arab Se-Sumatera.”
Kegiatan SIMBA ini merupakan program kerja yang paling besar di DPW I ITHLA Sumatera. Pada SIMBA yang ke-IX ini dihadiri oleh 350 mahasiswa dari seluruh penjuru Sumatera. Kegiatan yang sangat dinantikan oleh mahasiswa bahasa Arab adalah seminar Internasional yang langsung dihadiri oleh narasumber yang berasal dari Negeri Sudan, yaitu Syekh Prof. Dr. Faisal Mahmud Adam dan al-Ustadz Dr. H. Muhbib Abdul Wahab yang berasal dari Malang. Tingginya antusias mahasiswa bahasa Arab dalam acara SIMBA ini terlihat dari banyaknya cabang perlombaan yang diadakan seperti Qiratul Kutub, Pidato Bahasa Arab, debat bahasa Arab, cerdas cermat, kaligrafi, siir (puisi bahasa Arab), Insya’ Arabiyah, Ghina Arbic dan Taqdimul Qishoh.
SIMBA ke IX ini juga dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat, Saudara Aziz Zulfian mahasiswa Sastra Arab Universitas Gadjah Mada. Dalam kata sambutannya beliau menyampaikan, “bahwasanya esensi silaturahmi mahasiswa bahasa Arab tidak luput dari lima standaritas diantaranya yaitu, produktivitas, intelektual, kaderisasi, kompetisi dan kekeluargaan. Serta ITHLA juga memiliki identitas diantaranya ITHLA adalah organisasi yang bergerak mengikuti zaman antar mahasiswa bahasa Arab, ITHLA merupakan organisasi akademis yang dituntut menerapkan Tri Darma Perguruan Tinggi, ITHLA merupakan organisasi silaturahmi kekeluargaan.
Dikarenakan SIMBA merupakan acara yang besar maka dalam kegiatan ini dibutuhkan persiapan yang matang serta komunikasi yang baik dari setiap lembaga/instansi yang terkait di dalam kegiatan tersebut, baik dari pihak panitia, pengurus DPW I, ketua HMJ/HMPS/HIMA, pihak kepolisian, dinas kesehatan, dan lain sebagainya harus saling berkontribusi terhadap kegiatan yang dilaksanakan sehingga terjadi keseimbangan dalam menyukseskan kegiatan SIMBA.
Gemuruhnya gelora acaran ini tidak terlepas dari beberapa kendala yang harus dihadapi baik dari seluruh pengurus, peserta maupun panitia dalam kegiatan SIMBA IX ini, adapun jarak dan kondisi pandemi saat ini merupakan salah satu penyebab terasa kurang harmonisnya acara ini. Mahasiswa menempuh perjalanan yang cukup jauh, baik dengan menggunakan trasportasi darat maupun udara untuk menuju lokasi kegiatan, dan butuhnya prosedur tertentu untuk keluar daerah pada masa pandemi ini pihak panitia memberikan solusi pelaksanaan kegiatan SIMBA ke -IX dilakukan secara online bagi peserta yang tidak dapat hadir dan secara offline bagi peserta yang dapat hadir.
Acara SIMBA ini jharus terus dilaksanakan karena SIMBA merupakan ciri khas dari Mahasiswa Bahasa Arab yang berada di wilayah Sumatera. Dan Simba sendiri merupakan kegiatan yang positif dalam menjalin rasa kekeluargaan, kerja sama, solidaritas serta meningkatkan potensi dan daya saing dari setiap mahasiswa bahasa Arab.
Kepada semua HMJ yang bergabung didalam DPW I ITHLA Sumatera diharapkan kontribusi serta kehadiran pada kegiatan SIMBA yang selanjutnya, karena besarnya kegiatan dilihat dari partisipasi setiap mahasiswa. Sebagaimana yang telah ditentukan dalam hasil rapat bahwasanya tuan rumah SIMBA yang ke – X dilaksanakan di provinsi Aceh.
Karena sejatinya ciri khas mahasiswa bahasa Arab adalah bahasa Arab itu sendiri maka penulis juga berharap agar kedepannya kegiatan SIMBA menjadikan bahasa Arab sebagai bahasa kedua selama proses kegiatan. Dan dapat juga menjadi awal pembentukan lingkungan bahasa Arab yang dimulai oleh mahasiswa Bahasa Arab sendiri sehingga semakin meningkat potensi keahlian setiap mahasiswa dalam berbahasa Arab.
Sebagai mahasiswa yang merupakan agent of change maka kita juga dituntut untuk membangkitkan kembali eksistensi ITHLA sebagai organisasi yang dinamis yang terus bergerak mengikuti zaman sehingga dapat memberikan dampak positif serta kontribusi yang luas bagi agama, bangsa dan negara terkhusus untuk jurusan bahasa Arab.
Dalam sambutanya ketua DPW I ITHLA Sumatera Dina Novita dalam kata sambutannya, “jangan jadi buih di lautan, tetapi jadilah penggerak untuk memajukan sebuah organisasi.” Karena sesungguhnya jangan tanyakan apa yang telah organisasi berikan kepadamu, tetapi tanyakan pada diri sendiri apa yang sudah kamu berikan kepada sebuah organisasi.